siluet indah

siluet indah

Selasa, 02 Februari 2010

Berbincang dengan bintang


Langit malam ini begitu bercahaya, banyak bintang mengelayut manja disana, pendaran cahaya menari-nari memantulkan keindahan. Disini, disudut ternyaman, tempat yang paling aku sukai, aku mencoba untuk menikmati pantulan keindahan langit malam ini. Hmmmmm… rasanya sudah cukup lama aku tidak berani merasakan saat-saat seperti ini, mungkin setahun…, ah tidak, sepertinya sudah dua tahun…., tapi rasanya lebih dari itu.

Entahlah, sejak kehilangan itu, aku begitu enggan untuk
menghitung hari-hari lagi. Rasanya perih saat menyadari begitu panjang rentang waktu yang terlewati, tapi aku masih saja belum beranjak sedikitpun dari perasaan ini.

Kuangkat kepalaku lebih tinggi, agar aku bisa leluasa memandang hitam dan putih yang terhampar diatas sana. Memandangi langit malam adalah satu dari sedikit hal yang bisa membuatku terhanyut dalam duniaku. Aku seperti melayang kedalam ruang yang luas, hanya ada aku dan pikiranku.

“ Lihat, begitu indah langit malam, keindahan yang sama seperti dulu, pesonanya tak berkurang sedikit pun”, batinku mulai berbisik
“ ya, keindahannya memang tak berkurang sedikitpun, tapi tetap saja ada yang berbeda. Aku tidak lagi bisa merasakan getaran dahsyat yang mengalir ke setiap sendi-sendi tubuhku. Getaran yang diterjemahkan oleh jiwaku sebagai cinta”, sisi lain batinku ikut berbisik.
Hupf… kuhela nafas panjang, mencoba untuk melepaskan rasa dingin yang mulai mengalir keparu-paruku. Tapi tak sedikitpun aku berpikir untuk memakai jaket yang tergolek lesu disebelahku, dia akan tetap ada disana sepanjang malam, tanpa punya kesempatan untuk mendekap tubuhku. Aku membawanya hanya sebagai rutinitas saja, tanpa ada niat untuk menggunakannya.

Sejak kehilangan itu, aku sepertinya mulai terbiasa dengan rasa dingin yang menusuk dagingku, karena jiwaku sendiri nyaris beku sejak cahaya itu tak lagi menghangatkan jiwaku. Sama seperti aku mulai terbiasa dengan kegelapan. Padahal dulu aku begitu takut akan gelap, sesak dan tak berdaya dalam kegelapan, aku terpaksa harus membiasakan diri untuk melawan ketakutanku akan gelap.


“ hei… apa kabar? Sebuah kejutan manis bisa bertemu denganmu malam ini.”
Sebuah bintang yang bersinar terang menyapaku dengan hangat. Kucoba untuk menggerakkan bibirku yang sedikit kaku karena dipeluk dinginnya angin malam. Meski tak begitu sumringah, tapi seulas senyum bisa juga kubentuk.

“ Tak perlu tersenyum bila hatimu tak mau, itu hanya akan menggoreskan rasa sakit. Tanpa senyum pun aku sudah cukup senang, bisa melihatmu lagi itu lebih dari cukup” ujarnya sambil menatapku dengan penuh makna.

Aku hanya bisa balas menatapnya dalam diam. Kalimat yang dia lontarkan itu cukup menyentil hati kecilku. Dia benar, mencoba tersenyum saat hatiku tak mau adalah sebuah kemunafikan. Dan seperti biasa, kemunafikan hanya bisa melukai.

“ Boleh aku tahu mengapa begitu lama kamu menghilang, padahal dulu setiap malam aku selalu melihatmu tersenyum menatap langit?”

Sejenak aku hanya terdiam, sembari mencoba mengurai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu, kutatap dia lekat. Bintang ini sebenarnya tak asing bagiku. Aku sering melihatnya, dia termasuk bintang yang bersinar sangat terang. Dan sejujurnya, dia begitu indah, cahayanya pun hangat menyapa. Tapi aku tidak terlalu menghiraukannya selama ini, karena ada dirinya, bintang kesayanganku, yang telah mencuri seluruh perhatianku.

“ aku hanya merasa tidak begitu perlu lagi untuk menyapa langit malam, toh aku tak akan menemukan dia berpendar diantara kalian”, kalimat singkat itu terlontar begitu saja. Mungkin keramahannya membuat aku tak sungkan untuk berbagi sedikit isi hatiku.

“ dia??? Apa kah dia yang kamu maksud adalah temanku yang dulu setiap malam selalu berbincang dan bercengkerama denganmu?”, tanyanya dengan antusias.

“ ya… apa kamu mengenalnya?”, sedikit harapan menyeruak dihatiku.
“ aku mengenalnya, tapi tidak begitu dekat dengannya. Dia memang sudah cukup lama tidak terlihat, dan aku pun tak tahu keberadaannya”.

Dia seperti tahu isi hatiku, belum lagi aku bertanya apa dia tahu keberadaan bintangku, dia sudah melontarkan jawaban. Dan aku cukup kecewa dengan jawaban itu. Tadi aku sempat berpikir, kalau mereka saling mengenal, mungkin saja aku dapat menemukan jejaknya.

“ maaf kalau aku tidak bisa memberimu sedikit pun informasi tentang dia, karena aku hanya mengenalnya, tapi jarang berbincang dengannya. Sekali lagi maaf karna aku tak bisa menjawab rasa ingin tahumu”
Wow…lagi-lagi dia tahu isi hatiku….

“ bagaimana kamu tahu apa yang aku pikirkan?”, tanyaku dengan penasaran. Kulihat dia tersenyum simpul.

“ Rasa rindu dan kekecewaan tergambar jelas di kedua bola matamu nona.”
Semburat merah merona dipipiku, malu rasanya. Dia yang baru kali ini berbincang denganku bisa dengan jelas membaca kegelisahanku.

“ Kalau aku boleh menerka, dia adalah sesuatu yang sangat istimewa dan begitu berarti bagimu ”. Dia menatap ku begitu lekat, seolah mencoba menemukan jawaban dari mata dan gerak tubuhku.

“ ya…, dia adalah bintang yang menerangi sisi gelap jiwaku dan selalu menemaniku dalam kegelapan malam.”

“ Jadi dia adalah alasan mengapa kamu selalu tersenyum sumringah saat menatap langit malam? Pasti dia begitu istimewa, hingga mampu menghadirkan senyum yang begitu indah diwajahmu. Mungkin kamu tidak pernah menyadari, senyumanmu begitu menawan, dari jauh aku menikmati senyummu. Bukan hanya aku, bintang-bintang yang lain pun begitu, ketulusan yang terpancar dari senyum dan tatapanmu membuat kami semakin bersemangat untuk bisa berpendar lebih terang”
Aku terperangah mendengar jawabannya

“ bagaimana mungkin senyumanku begitu ampuhnya menyemangati bintang-bintang?”

“ kamu tahu nona, senyum sumringah penuh ketulusan yang tersungging dibibirmu, pantulan ketertarikan dan rasa suka dari tatapanmu, setiap kau melihat ke langit membuat bintang-bintang merasa kehadirannya begitu diterima. Dan tak ada kebahagiaan yang lebih besar dibanding suatu kesadaran bahwa kehadiran kita diterima, dibutuhkan, bahkan begitu diharapkan oleh orang lain”

Aku begitu tersentuh dengan kata-kata yang dia lontarkan. Rasa pedih pelan-pelan berdenyut dihatiku. Kata-kata ini dulu pernah kudengar, bintangku yang membisikkan itu ditelingaku. Yang membuat aku merasa dibutuhkan olehnya. Tanpa sempat kubendung, butiran air mata mengalir dipipiku.

“ hei, mengapa kamu menangis, apa kata-kataku telah melukai hatimu?”. Dia kelihatan gelisah melihatku menangis. Sepertinya dia merasa bersalah

“ tidak, kamu tidak sedikitpun melukai ku, justru aku merasa begitu bahagia karena ternyata seulas senyumku bisa sangat bermakna. Aku menangis karna aku teringat pada bintangku. Andai kamu tahu betapa aku ingin bertemu dengannya. Rasa rindu telah mengerogoti setiap pori-pori tubuhku, hingga aku seperti bernafas dengan kerinduan” lagi-lagi pengakuan itu terlontar begitu saja. Aneh rasanya bila aku bisa mengakui isi hatiku dengan semudah ini, karena aku sebenarnya pribadi yang tertutup soal perasaanku.

“hmmmm, aku bisa merasakan betapa kuatnya perasaanmu padanya. Tanpa kau rangkai dengan kata-katapun, kerinduan itu terbaca dengan jelas disana, dimatamu, digerak tubuhmu, diraut wajahmu. Sepertinya rasa itu telah menyatu dengan dirimu. Begitu hebatnya dia, bisa menghadirkan rasa yang begitu besar dalam dirimu. Seandainya aku adalah dia, aku akan sangat bersyukur bisa dicintai seperti ini”
Airmataku mengalir semakin tak terbendung mendengar kata-katanya. Rasa sakit itu kembali mengerogotiku, semakin kuat mencengkramku.

“ tapi sayangnya, dia tak sepikiran denganmu. Buktinya, dia begitu tega, meninggalkan ku seorang diri dalam kegelapan malam. Tanpa menyisakan sedikitpun petunjuk agar aku bisa mengurai jejaknya. Dia juga tak memberiku kesempatan untuk tahu mengapa dia menghilang dari hidupku ”, ujarku disela-sela isak tangis yang semakin kencang mengalun

“Aku tak mengerti mengapa dia bisa meninggalkan cinta yang begitu tulus untuknya. Tapi aku yakin, pasti ada alasan yang kuat hingga dia sanggup kehilangan waktu untuk menikmati kehangatan tatapan dan keindahan senyum yang kamu bagikan. Aku yakin, dimanapun dia berada saat ini, dia juga pasti begitu merindukanmu.”

Sejenak tangisku berhenti, kata-katanya mengelitik emosiku. Mengapa dia bisa bilang seperti itu bila dia tidak mengenal bintangku dengan baik.

“ Jangan sok tahu kamu, bukankah kamu tidak mengenalnya, bagaimana bisa kamu mencoba menerka isi hatinya?”

“ aku memang tidak dekat dengannya, tapi kamu tidak lupa kan, aku juga bintang, sama seperti dia. Meski kami bersinar ditempat yang berbeda, tapi kami punya pekerjaan yang sama, kami adalah sahabat langit. Bukankah tadi aku sudah bilang, aku sering melihat kalian berbincang dan bercengkerama. Dan tidak sulit untuk bisa menterjemahkan pendaran cahaya yang dia pantulkan padamu, ada cinta yang terbiaskan dalam kilauan sinarnya.”
Kulihat dia tersenyum penuh makna, tak sedikitpun kutemukan keraguan disana

“ Tidak mudah untuk meninggalkan seseorang yang kita cintai. Apapun alasannya, mungkin buat dia, meninggalkanmu adalah pilihan yang paling tepat saat ini. Percayalah padaku, kemanapun dia pergi, ketulusan cintamu pasti ikut bersamanya.”, ujarnya lagi.

Aku benci mendengar kata demi kata yang dia bagi, karena kata-kata itulah yang selalu dibisikkan suara hatiku. Aku tak mampu mencerna ini semua, karena bagiku, tak ada alasan yang pantas untuk membuat kita meninggalkan cinta kita. Bila benar cinta, tetaplah ditempat, jangan beranjak dan bertahanlah demi cinta.

“ Nona, terkadang ada hal yang tak bisa kita pahami, dan memang tidak perlu dipahami. Cukup dimengerti dengan hati, dan biarkan mengalir, jalani saja. Pada waktunya, kamu pasti akan menemukan jawabannya. Dan yang terpenting percayalah pada suara hatimu, karena dia adalah lentera jiwamu, dia tak pernah berdusta”

Lihat, lagi-lagi dia tahu apa yang berkecamuk didalamku. Hatiku seperti sebuah buku terbuka yang bisa dia baca dengan leluasa.
“Jangan-jangan dia adalah titisan bintangku?”, bisik ku lirih, dalam hati.

“ entahlah, aku terlalu lelah untuk berpikir. Aku tak ingin lagi menerka-nerka, yang aku inginkan hanyalah bertemu dengannya, dan menemukan jawaban untuk segala tanya.. Nyaris mustahil bagiku untuk mencarinya, langit terlalu jauh untuk kusinggahi. Aku tak punya kekuatan untuk bisa kesana, bahkan cinta dan hasrat yang begitu besarpun tak bisa memberiku sayap untuk terbang kelangit dan mencari jejaknya. Maukah kamu membantuku untuk mencarinya??? Aku mohon, tolong bantu aku menemukan bintangku, terlalu sulit bagiku untuk terus hidup dengan rasa kehilangan ini. Setidaknya aku hanya ingin dia tahu apa yang aku rasakan saat ini”

Kulipat kedua tanganku, kuarahkan kelangit. Dengan penuh harap aku memohon padanya. Bila dia minta aku berlutut pun, akan aku lakukan. Demi bintangku, aku bisa melakukan apapun, bahkan yang aku pikir tak mampu aku lakukan.

“ baiklah, aku akan mencarinya untukmu, tapi kamu harus berjanji satu hal padaku”

Sukmaku melonjak kegirangan mendengar dia mau membantuku, tak terkira bahagianya aku karna setelah sekian lama, akhirnya ada yang mau menolongku mencarinya.

“ apa itu? Kamu tahu, aku akan melakukan apa saja demi dia” kataku dengan sungguh-sungguh.

“ berjanjilah padaku, mulai hari ini kamu akan terus tersenyum. Meskipun rasa kehilangan itu masih begitu kuat mengikatmu, tetaplah tersenyum. Kembalilah memancarkan energi positif pada setiap yang ada di dekatmu, dengan tatapan hangat dan senyuman tulus yang selama ini selalu kamu bagi”

Nyeeeeeeeshh, lagi-lagi dia menyentil nuraniku. Aku jadi tersadar, rasa kehilangan telah membuatku menjadi begitu egois, hingga aku lupa bahwa masih ada orang lain yang membutuhkanku

“baiklah, aku janji, mulai hari ini aku akan mencoba untuk kembali tersenyum. Terimakasih karena mau membantuku. Bila nanti kamu menemukannya, tolong katakan padanya, aku akan selalu menunggunya disini, tak akan beranjak sedikitpun. Selalu ada tempat untuknya dihatiku, karena dia adalah yang aku pilih untuk menyinari sisi gelap hatiku, kemarin, kini ataupun nanti. Bukan karena dia bintang paling terang, tapi karena hanya dia yang hatiku mau”

Dia tersenyum tulus sambil perlahan bergerak menjauh.
“ pesanmu sudah tercatat dipikiranku, bila aku menemukannya, aku pasti akan menyampaikan pesan yang indah ini. Sebentar lagi mentari akan tiba, sudah waktunya aku beranjak. Jangan lupa untuk tetap tersenyum, percayalah kekuatan cintamu akan membantuku menemukan dia. Cinta akan membawanya kembali padamu”
Pelan-pelan pendaran cahayanya mulai meredup, dan hanya dalam beberapa detik, dia menghilang dari tatapanku.

Setelah hari itu, setiap malam aku selalu tersenyum menatap langit. Berbagi kehangatan dan menikmati pacaran bintang-bintang yang berpendar menyapaku. Rasa kehilangan itu memang masih ada dihatiku, lubang itu juga belum tertutup. Aku pun tak pernah lagi melihat bintang yang berbincang denganku malam itu. Tapi dia telah menumbuhkan keyakinan dalam hatiku. Aku tahu saat ini dia sedang berkelana mencari bintangku. Langit memang terbentang begitu luas, namun aku percaya, entah bagaimana caranya, pesan itu akan sampai pada dia yang selalu aku rindukan.

Aku akan selalu tersenyum menatap langit, karna aku yakin pada waktunya aku akan menemukan apa yang aku cari. Cinta akan menemukan jawabanya, tepat pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar