siluet indah

siluet indah

Senin, 01 Februari 2010

LUKISAN CINTA RAISYA - Prolog -

Kemarin kami pernah berbincang tentang esok, menyemai harapan di atas awan impian. Dengan jari jemari yang tumpang tindih, dua jiwa yang kasmaran melukis di atas kanvas masa depan. Lukisan sebuah istana cinta milik kami.

Dengan hati-hati kami melukis pondasinya, berkali-kali digores hingga terlihat tegas dan kokoh. Sembari melukis, dia berbisik lembut ditelingaku. Hingga hari ini kata demi kata masih segar di ingatanku.

” Bila esok menyapa, aku ingin selalu ada kamu dalam setiap lembarnya. Mengecup lembut bibirku dan menyuguhkan sekerat sapaan hangat. Menjadi selimut dalam dinginnya malam, memetik bintang dan menyematkannya didadaku, agar gelap tak mampu merangkulku.”

Saat itu aku hanya merespon ucapannya dengan seulas senyum, tapi didalam hati aku berteriak, meminta agar Tuhan mendengar bisikannya.

Dimataku, lukisan itu sangat indah, meski hanya siluet hitam putih. Sebuah istana kecil berdinding kayu, bediri tegak ditengah-tengah taman yang dipenuhi bunga lily. Tak pernah kutemui lukisan seindah itu seumur hidupku, karena disana ada aku dan dia. Tersenyum sumringah diantara peri-peri mungil bersayap indah.

Ya, disana ada 5 peri mungil ( jumlah yang telah melalui perdebatan panjang. Aku yang hanya ingin ada dua peri akhirnya mengalah padanya yang ingin ada 5 peri menghuni istana kecil itu), menari dan melompat dengan kepakan sayap-sayap yang penuh warna. Kami yakin kehadiran mereka akan menjadi bunga cinta yang menambah makna, memberi ruh pada lukisan itu. Istana impian menjadi lebih hidup dengan adanya 5 peri mungil itu, indah seperti nirwana. Dan aku pun menjadi begitu bergairah, ingin esok segera menyapa.

Tak lupa guratan garis-garis hitam menyempurnakan lukisan itu. Awalnya aku tak begitu suka dia mengurat banyak garis hitam, tapi penjelasannya melumpuhkan aku.

” Garis-garis hitam ini mewakili prahara-prahara yang mungkin akan menyinggahi istana kita”

Lalu dengan sigap dia menghapus garis-garis hitam itu.

” Lihat, tanpa garis-garis itu lukisan cinta kita terlihat kaku dan beku, seperti tubuh yang tak bernyawa” ujarnya penuh makna. Dan aku akhirnya dengan penuh semangat menemaninya menorehkan garis-garis hitam diatas kanvas.

Dia membingkai lukisan itu dengan untaian janji-janji dan menutupnya dengan sebaris kata yang melambungkan aku hingga kelangit ketujuh.

” Tasya, kamulah esok ku, tanpa kamu tak akan pernah ada hari esok untukku”


Uuhhhhhhkk..., selalu ada sesak yang meyeruak setiap kali sepotong kenangan itu hadir lagi dalam ingatanku. Pelan air mata mendesak keluar dari pelupuk mata, tanpa perlawanan kubiarkan saja airmata itu mengalir. Tetes demi tetes berjatuhan membasahi tangan kaku yang ada dalam genggamanku. Dalam hati aku berharap ada keajaiban seperti dalam cerita dongeng, tetesan air mata membuatnya terbangun dari tidur panjangnya. Aku sungguh ingin dia terbangun, aku rindu mendengar suara renyahnya memanggil namaku.

1 menit..., 5 menit..., 10 menit..., tetap tak ada reaksi. Hanya ada suara mesin mengalun diantara keheningan. Aaaahhh, ternyata memang benar, cerita-cerita indah dalam dongeng hanya isapan jempol belaka. Pangeranku yang tertidur tak jua terbangun dengan kecupan ataupun tetesan airmataku.

Dia tertidur lelap seakan tak perduli lagi akan hari esok. Dan aku hanya bisa menatap hampa pada lukisan cinta yang terpajang disebelah tempat tidur Raihan, diam terpaku ditempat seolah waktu berhenti berputar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar